AKRONIM PASANGAN CALON SEBAGAI SARANA PROPAGANDA YANG EFEKTIF Oleh: Mazhar *)

Akronim menurut KBBI adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang wajar (misalnya mayjen mayor jenderal, rudal peluru kendali, sidak inspeksi mendadak dll) (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).
Di era pemilihan langsung kepala daerah strategi kampanye sangat menentukan keberhasilan pasangan calon. Ada banyak sarana kampanye misalnya baliho, stiker, sms dll. Dalam setiap alat peraga kampanye pasangan calon biasanya menyertakan jargon pasangannya yang disertai akronim pasangan calon.
Akronim pasangan calon (selanjutnya disingkat APC) sering digunakan sebagai sarana propaganda secara langsung. APC tak dapat dianggap sepele. APC yang berwujud kosa kata dalam suatu bahasa memiliki kekuatan propaganda yang dahsyat karena mudah dikombinasikan dengan kata-kata yang lain sehingga pesan yang ingin kita sampaikan mudah diterima tanpa harus menyiapkan kertas, lem, tiang pancang, pulsa dan lain sebagainya. Seperti yang dilakukan oleh Jasman dengan mengatakan “Di jona yang subur pemimpin yang arif adalah jaka tingkir”, (Lombok Post, 22 Mei 2010 hal. 13 kol.4). Kalimat ini mengandung akronim yang padu dan elegan.
Propaganda secara langsung melalui APC memiliki beberapa keunggulan, diantaranya : (1) APC cepat hilang setelah diucapkan karena berupa bunyi bahasa. Hal ini memungkinkan semua orang dapat melakukan propaganda. Tak peduli seorang pejabat ataupun PNS. Tanpa harus takut meninggalkan barang bukti kecuali kata-kata tersebut direkam. (2) APC mengandung ambiguitas sehingga seseorang dapat mengelak jika dituduh melakukan propaganda, karena kalimat yang diucapkan adalah wajar. Semua orang bebas mengucapkan kalimat “Kita buat KLU menjadi jona yang aman.” Atau kalimat “KLU adalah daerah yang subur.” Atau “KLU membutuhkan pemimpin yang arif.” Sepintas kalimat-kalimat di atas adalah kalimat biasa saja. Tetapi sesungguhnya kalimat-kalimat tersebut mengandung propaganda. (3) Propaganda dengan menggunakan APC dapat dilakukan dengan halus tanpa harus menyebutkan nama pasangan calon. Seperti yang dilakukan oleh Gubernur NTB ketika berkunjung ke pondok pesantern Al Masyhuiden NW Kawo Pujut Lombok Tengah dengan mengatakan “Kita sering-sering ucapkan salam” (Lombok Post, 21 Mei 2010 hal. 7 kol. 2).
Yang perlu dihindari adalah APC yang bukan merupakan kosa kata dalam suatu bahasa. Ini akan menyebabkan kesulitan dalam mengombinasikannya dengan kata-kata lain untuk membentuk kalimat. Contohnya akronim risa (Lombok Post, 26 Mei 2010 hal.15 kol.3). Untungnya risa sudah terkenal sebagai nama klinik. Wallahu’alam.
*) Guru SDN 4 Sambik Bangkol Kec. Gangga KLU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL MID SEMESTER GANJIL IPA KELAS V TAHUN PELAJARAN 2020/2021

SOAL MID SEMESTER GANJIL SBdP KELAS V TAHUN PELAJARAN 2020/2021

SOAL MID SEMESTER GANJIL PPKn KELAS V TAHUN PELAJARAN 2020/2021